Senin, 23 November 2009
Studi Populasi dan habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus , 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur
Penelitian
Studi Populasi dan habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus , 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.-RE
by.
Oleh:
ANNISA YUNIAR (dibawah bimbingan JARWADI BUDI HERNOWO dan YENI ARYATI MULYANI).
Secara alami merak hijau (Pavo muticus Linnaeus , 1766) dan habitatnya akan selalu mengalami dinamika sesuai dengan kondisi lingkungan. Perubahan yang terjadi pada populasi merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) berbeda dengan yang di Taman Nasional Baluran (TNB). Populasi merak hijau di TNAP meningkat pada periode tanhun 2004 – 2006 tetapi untuk TNB pada periode tahun 1995 – 2006 terjadi penurunan. Adanya penurunan maupun kenaikan kelimpahan polulasi dipengaruhi oleh berbagai factor, baik berupa factor pendukung maupun adanya tekanan terhadap pupulasi merak hijau. Perubahan populasi terutama berupa penurunan kelimpahan merak hijau memerlukan pengamatan yang seksama pada hal – hal yang menekan populasi tersebut. Upaya konservasi memerlukan data dan informasi yang memasi termasuk arah dari dinamika tersebut. Penelitian ini merupakan langkah lanjutan dari penelitian yang telah ada dalam rangka upaya konservasi terhadap populasi dan habitat merak hijau di kawasan konservasi TNAP dan TNB., Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui populasi dan habitat merak hijau di TNAP dan TNB serta mengetahui perubahan interaksi antara populasi dan habitat serta faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Metode yang digunakan dalam pengambilan data populasi merak hijau di TNAP adalah Concentration Count, sedangkan di TNB menggunakan metode Line Transectwith Call Count dan Concentration Count. Keanekaragaman jenis vegetasi dan fungsinya bagi merak hijau pada tiap tipe habitatdi titik pengamatan, setiap jalur pengamatan serta karakteristik habitat merak hijau dikumpulkan dengan menggunakan metode garis berpetak.
Kelimpahan populasi merak hijau di TNAP adalah 80.7 ekor. Perbandingan nisbah kelamin jantan dan betina adalah 1 :4. Secara umum merak hijau di TYNAP membentuk struktur umur piramida terbalik. Merak hijau jantan dewasa memiliki persentase 50.31% dan jantan remaja 49.69%. Populasi merak hijau secara keseluruhan di TNAP memiliki pola penyebaran spasial yang mengelompok.
Kelimpahan populasi merak hijau di TNB adalah 69.1 ekor. Perbandingan nisbah kelamin merak hijau antara jantan dan betina adalah 1 : 4. Struktur umur yang terbentuk antara jantan dan betina tidak sama, merak hijau jantan membentuk pola struktur umur piramida dengan persentase merak hijau jantan remaja 57.43% dan jantan dewasa 42.57%. Pada merak hijau betina terbentuk piramida terbalik dengan persentase betina remaja 31.27% dan betina dewasa 68.73%. Merak hijau di TNB memiliki pola penyebaran spasial yang mengelompok.
Karakteristik habitat makan bagi merak hijau adalah tempat yang terbuika (open area) dan memiliki keanekaragaman rumput dan tumbuhan bawah yang tinggi. Di TNAP , tipe vegetasi yang banyak dimanfaatkan merak hijau untuk makan adalah di padang rumput Sadengan dan areal tumpang sari Guntingan sedangkan di TNB adalah di sekitar savanna Bekol, hutan musim dan evergreen di tepi jalan Batangan – Bekol.
Merak hijau minum di tempat – tempat yang tersedian air secara kontinyu. Di TNAP, tempat yang dikunjungi merak hijau untuk menum adalah bak minum, sungai Sadengan dan cekungan tanah berisi air di padang rumput Sadengan, galian sumur dan genangan air hujan di sekitar areal tumpang sasi dan hutan tanaman. Di musim kering tempat yang dikunjungi merak hijau di TNB adalah tempat menum Bekol, kubangan Bama, Sumber Air Manting, Kalitopo dan Sumberbatu.
Merak menari di tempat yang terbuka dan rumputnya, tidak tinggi sehingga merak hijau jantan menari dan memutar bulu hiasnya. Biasanya merak hijau jantan menari di tempat makan dan minum atau tempat betina terkonsentrasi. Di TNAP merak hijau jantan menari di tempat makan, yanitu padang rumput Sadengan dan areal tumpangsari Rowobendo dan Guntingan. Di TNB merak hijau jantan menari di tempat minum di sekitar tempat minum Bekol dan tempat makan di sekitar savanna – hutan musim dan savanna – hutan pantai yaitu di jalan.
Pohon tidur yang digunakan oleh merak hijau memiliki criteria antara lain : merupakan pohon tertinggi, biasanya terdapat pohon yang lebih rendah di sekitarnya, memiliki tajuk yang tidak rapat, memiliki percabangan yang mendatar atau hampir tegak lurus dari batang utama serta mendapat tempat yang terbuka sebagai landing area. Di TNAP pohon yang dipilih merak hijau sebagai pohon tidur adalah pohon randu hutan, beni, apak, jambu hutan, Vitex sp., rengas mahoni dan jati. Di TNB pohon yang digunakan merak hijau sebagai pohon tidur adalah pohon pilang, gebang mati, mimbo, asem dan tekik.
Merak hijau berteduh dan beristirahat di tempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari. Pohon yang digunakan sebagai pohon teduh adalah pohon yang memiliki tajuk yang agak rapat dan biasanya berbentuk paying. Di TNAP pohon yang digunakan sebagai pohon teduh dan istirahat antara lain adalah pohon sonokeling, Vitex sp, apak, jambu hutan, tekik, jati mahoni dan semak – semak. Pohon yang digunakan sebagai tempat berteduh dan beristirahat di TNB adalah pohon asem, mimbo, wodoro bukal, morinda, semai gebang dan semak Lantana camara.
Tempat yang lebih rapat seperti tegakan pohon atau ruympun tumbuhan bawah digunakan merak hijau untuk berlindung. Di TNAP tempat yang digunakan sebagai tempat berlindung adalah tegakan di tepi sungai Sadengan yaitu pohon apak, jambu hutan, walikukun dan sonokeling, semak enceng – enceng dan kirinyuh di tepi padang rumput sadengan, pohon jati dan mahoni di hutan tanaman dan areal tumpangsari. Di TNB merak hijau berlindung di semak atau rumput yang tinggi dan pohon widoro bukol, morinda, asem, pilang, dan mimbo serta semai gebang.
Habitat merak hijau untuk mandi debu adalah tempat terdapat debu, merupakan tempat yang aman dan teduh, biasanya tempat mandi debu berdekatan dengan tempat makan dan minum. Di TNAP merak hijau memanfaatan bekas cabutan dan bekas bakaran tumbuhan bawah di padang rumput Sadengan, bekas cabutan tanaman pertanian di areal tumpangsari dan di tengah jalan Rowobendo – Ngagelan serta debu di bawah serasah daun di hutan tanaman. Di TNB merak hijau dijumpai mandi debu di sekitar tempat minum Bekol, di belakang bukit Bekol dan di tepi jalan Batangan – Bekol.
Perubahan habitat yang mengarah pada penurunan sumber daya berupa pakan akibat invasi Acacia nilotica di TNB mengakibatkan penurunan populasi merak hijau , sedangkan di TNAP perubahan habitat di sekitar areal tumpangsari yang menyediakan keanekaragaman dan jumlah pakan yang mengakibatkan kenaikan populasi merak hijau. Faktor lain yang merupakan tekanan dan mengakibatkan adanya penurunan populasi merak hijau di TNB adalah adanya perburuan, baik itu perburuan merak hijau maupun perburuan telurnya.
Kelimpahan populasi merak hijau di TNAP mengalami kenaikan sebesar 80 – 81% dari penelitian pada tahun 1997 dan 204 sedangkan kelimpahan populasi merak hijau di TNB mengalami penurunan sebesar 40.68% dari penelitian pada tahun 1995. Nisbah kelamin merak hijau jantan dan betina di TNAP dan TNB adalah 1 : 4 sehingga dapat diindikasikan bahwa pola social merak hijau adalah poligami. Struktur umur yang terbentuk dari kelimpahan populasi merak hijau di TNAP dan TNB adalah piramida terbalik atau populasi yang menurun dengan jumlah individu dewasa lebih banyak dari pada individu remaja. Karakteristik habitat merak hijau yang penting di TNAP dan TNB adalah tempat yang terbuka (open area) sebagai tempat makan dan menari, tempat yang menyediakan air minum, terdapat pohon tidur, tempat berteduh dan beristirahat, tempat yang rapat dan aman untuk berlindung dan tanah berdebu untuk mandi debu. Perubahan habitat yang mengarah pada penurunan sumber daya seperti pakan mengakibatkan penurunan populasi merak hijau, sedangkan perubahan habitat yang mengarah pada peningkatan sumberdaya berupa pakan mengakibatkan kenaikan populasi merak hijau. Selain sumberdaya, factor luar yang berupa perburuan juga merupakan tekanan yang dapat mempengaruhi populasi merak hijau baik di TNAP maupun di TNB.
Studi Populasi dan habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus , 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.-RE
by.
Oleh:
ANNISA YUNIAR (dibawah bimbingan JARWADI BUDI HERNOWO dan YENI ARYATI MULYANI).
Secara alami merak hijau (Pavo muticus Linnaeus , 1766) dan habitatnya akan selalu mengalami dinamika sesuai dengan kondisi lingkungan. Perubahan yang terjadi pada populasi merak hijau di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) berbeda dengan yang di Taman Nasional Baluran (TNB). Populasi merak hijau di TNAP meningkat pada periode tanhun 2004 – 2006 tetapi untuk TNB pada periode tahun 1995 – 2006 terjadi penurunan. Adanya penurunan maupun kenaikan kelimpahan polulasi dipengaruhi oleh berbagai factor, baik berupa factor pendukung maupun adanya tekanan terhadap pupulasi merak hijau. Perubahan populasi terutama berupa penurunan kelimpahan merak hijau memerlukan pengamatan yang seksama pada hal – hal yang menekan populasi tersebut. Upaya konservasi memerlukan data dan informasi yang memasi termasuk arah dari dinamika tersebut. Penelitian ini merupakan langkah lanjutan dari penelitian yang telah ada dalam rangka upaya konservasi terhadap populasi dan habitat merak hijau di kawasan konservasi TNAP dan TNB., Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui populasi dan habitat merak hijau di TNAP dan TNB serta mengetahui perubahan interaksi antara populasi dan habitat serta faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Metode yang digunakan dalam pengambilan data populasi merak hijau di TNAP adalah Concentration Count, sedangkan di TNB menggunakan metode Line Transectwith Call Count dan Concentration Count. Keanekaragaman jenis vegetasi dan fungsinya bagi merak hijau pada tiap tipe habitatdi titik pengamatan, setiap jalur pengamatan serta karakteristik habitat merak hijau dikumpulkan dengan menggunakan metode garis berpetak.
Kelimpahan populasi merak hijau di TNAP adalah 80.7 ekor. Perbandingan nisbah kelamin jantan dan betina adalah 1 :4. Secara umum merak hijau di TYNAP membentuk struktur umur piramida terbalik. Merak hijau jantan dewasa memiliki persentase 50.31% dan jantan remaja 49.69%. Populasi merak hijau secara keseluruhan di TNAP memiliki pola penyebaran spasial yang mengelompok.
Kelimpahan populasi merak hijau di TNB adalah 69.1 ekor. Perbandingan nisbah kelamin merak hijau antara jantan dan betina adalah 1 : 4. Struktur umur yang terbentuk antara jantan dan betina tidak sama, merak hijau jantan membentuk pola struktur umur piramida dengan persentase merak hijau jantan remaja 57.43% dan jantan dewasa 42.57%. Pada merak hijau betina terbentuk piramida terbalik dengan persentase betina remaja 31.27% dan betina dewasa 68.73%. Merak hijau di TNB memiliki pola penyebaran spasial yang mengelompok.
Karakteristik habitat makan bagi merak hijau adalah tempat yang terbuika (open area) dan memiliki keanekaragaman rumput dan tumbuhan bawah yang tinggi. Di TNAP , tipe vegetasi yang banyak dimanfaatkan merak hijau untuk makan adalah di padang rumput Sadengan dan areal tumpang sari Guntingan sedangkan di TNB adalah di sekitar savanna Bekol, hutan musim dan evergreen di tepi jalan Batangan – Bekol.
Merak hijau minum di tempat – tempat yang tersedian air secara kontinyu. Di TNAP, tempat yang dikunjungi merak hijau untuk menum adalah bak minum, sungai Sadengan dan cekungan tanah berisi air di padang rumput Sadengan, galian sumur dan genangan air hujan di sekitar areal tumpang sasi dan hutan tanaman. Di musim kering tempat yang dikunjungi merak hijau di TNB adalah tempat menum Bekol, kubangan Bama, Sumber Air Manting, Kalitopo dan Sumberbatu.
Merak menari di tempat yang terbuka dan rumputnya, tidak tinggi sehingga merak hijau jantan menari dan memutar bulu hiasnya. Biasanya merak hijau jantan menari di tempat makan dan minum atau tempat betina terkonsentrasi. Di TNAP merak hijau jantan menari di tempat makan, yanitu padang rumput Sadengan dan areal tumpangsari Rowobendo dan Guntingan. Di TNB merak hijau jantan menari di tempat minum di sekitar tempat minum Bekol dan tempat makan di sekitar savanna – hutan musim dan savanna – hutan pantai yaitu di jalan.
Pohon tidur yang digunakan oleh merak hijau memiliki criteria antara lain : merupakan pohon tertinggi, biasanya terdapat pohon yang lebih rendah di sekitarnya, memiliki tajuk yang tidak rapat, memiliki percabangan yang mendatar atau hampir tegak lurus dari batang utama serta mendapat tempat yang terbuka sebagai landing area. Di TNAP pohon yang dipilih merak hijau sebagai pohon tidur adalah pohon randu hutan, beni, apak, jambu hutan, Vitex sp., rengas mahoni dan jati. Di TNB pohon yang digunakan merak hijau sebagai pohon tidur adalah pohon pilang, gebang mati, mimbo, asem dan tekik.
Merak hijau berteduh dan beristirahat di tempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari. Pohon yang digunakan sebagai pohon teduh adalah pohon yang memiliki tajuk yang agak rapat dan biasanya berbentuk paying. Di TNAP pohon yang digunakan sebagai pohon teduh dan istirahat antara lain adalah pohon sonokeling, Vitex sp, apak, jambu hutan, tekik, jati mahoni dan semak – semak. Pohon yang digunakan sebagai tempat berteduh dan beristirahat di TNB adalah pohon asem, mimbo, wodoro bukal, morinda, semai gebang dan semak Lantana camara.
Tempat yang lebih rapat seperti tegakan pohon atau ruympun tumbuhan bawah digunakan merak hijau untuk berlindung. Di TNAP tempat yang digunakan sebagai tempat berlindung adalah tegakan di tepi sungai Sadengan yaitu pohon apak, jambu hutan, walikukun dan sonokeling, semak enceng – enceng dan kirinyuh di tepi padang rumput sadengan, pohon jati dan mahoni di hutan tanaman dan areal tumpangsari. Di TNB merak hijau berlindung di semak atau rumput yang tinggi dan pohon widoro bukol, morinda, asem, pilang, dan mimbo serta semai gebang.
Habitat merak hijau untuk mandi debu adalah tempat terdapat debu, merupakan tempat yang aman dan teduh, biasanya tempat mandi debu berdekatan dengan tempat makan dan minum. Di TNAP merak hijau memanfaatan bekas cabutan dan bekas bakaran tumbuhan bawah di padang rumput Sadengan, bekas cabutan tanaman pertanian di areal tumpangsari dan di tengah jalan Rowobendo – Ngagelan serta debu di bawah serasah daun di hutan tanaman. Di TNB merak hijau dijumpai mandi debu di sekitar tempat minum Bekol, di belakang bukit Bekol dan di tepi jalan Batangan – Bekol.
Perubahan habitat yang mengarah pada penurunan sumber daya berupa pakan akibat invasi Acacia nilotica di TNB mengakibatkan penurunan populasi merak hijau , sedangkan di TNAP perubahan habitat di sekitar areal tumpangsari yang menyediakan keanekaragaman dan jumlah pakan yang mengakibatkan kenaikan populasi merak hijau. Faktor lain yang merupakan tekanan dan mengakibatkan adanya penurunan populasi merak hijau di TNB adalah adanya perburuan, baik itu perburuan merak hijau maupun perburuan telurnya.
Kelimpahan populasi merak hijau di TNAP mengalami kenaikan sebesar 80 – 81% dari penelitian pada tahun 1997 dan 204 sedangkan kelimpahan populasi merak hijau di TNB mengalami penurunan sebesar 40.68% dari penelitian pada tahun 1995. Nisbah kelamin merak hijau jantan dan betina di TNAP dan TNB adalah 1 : 4 sehingga dapat diindikasikan bahwa pola social merak hijau adalah poligami. Struktur umur yang terbentuk dari kelimpahan populasi merak hijau di TNAP dan TNB adalah piramida terbalik atau populasi yang menurun dengan jumlah individu dewasa lebih banyak dari pada individu remaja. Karakteristik habitat merak hijau yang penting di TNAP dan TNB adalah tempat yang terbuka (open area) sebagai tempat makan dan menari, tempat yang menyediakan air minum, terdapat pohon tidur, tempat berteduh dan beristirahat, tempat yang rapat dan aman untuk berlindung dan tanah berdebu untuk mandi debu. Perubahan habitat yang mengarah pada penurunan sumber daya seperti pakan mengakibatkan penurunan populasi merak hijau, sedangkan perubahan habitat yang mengarah pada peningkatan sumberdaya berupa pakan mengakibatkan kenaikan populasi merak hijau. Selain sumberdaya, factor luar yang berupa perburuan juga merupakan tekanan yang dapat mempengaruhi populasi merak hijau baik di TNAP maupun di TNB.
Minggu, 01 November 2009
Merak Hijau/Jawa
Rumpi Merak Hijau
senam pagi
Little Pavo Muticus
Kamis, 22 Oktober 2009
Pavo Cristatus/Merak India
Merak Biru atau Merak India, yang dalam nama ilmiahnya Pavo cristatus adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Merak Biru mempunyai bulu berwarna biru gelap mengkilap. Burung jantan dewasa berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 230cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang berwarna hijau metalik. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak biru membentuk kipas. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya tidak mengkilap, berwarna coklat kehijauan dengan garis-garis hitam dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung muda seperti betina.
Afropavo Congensis/Merak Afrika
Spesies ini merupakan satu-satunya burung di marga Afropavo dan merak yang terdapat di Afrika. Penampilannya menyerupai burung merak Pavo dari Asia yang masih muda. Burung jantan dewasa berukuran besar, dengan panjang mencapai 70 cm, dan memiliki bulu berwarna biru gelap dihiasi warna hijau dan ungu mengilap. Kulit lehernya berwarna merah dan diatas kepalanya terdapat jambul tegak berwarna putih. Burung betina berwarna coklat, dengan bulu-bulu sayap dan di belakang tubuhnya berwarna hijau mengilap. Di kepalanya terdapat jambul berwarna cokelat dan krem.
Spesies Merak
Merak adalah tiga spesies burung dalam genus Pavo dan apfropavo dari keluarga ayam hutan (pheasant).
Ada perbedaan antara jantan dan betina. secara umum dapat dilihat dari bulu ekornya. bulu ekor pejantan lebih panjang dan indah yang dapat dikembangkan untuk menarik perhatian merak betina.
Spesies Merak;
Pavo Muticus, Merak Jawa atau terkenal dengan sebutan Merak Hijau
Pavo Cristatus, Merak India atau terkenal dengan sebutan Merak Biru
Afropavo Congensis, Merak Kongo
Pavo Muticus terbagi dalam 3 sub species yang menandakan persebaran hidupnya dan sedikit perbedaan kilauan warna bulunya: Pavo Muticus-Muticus (Java Green Peafowl), Pavo Muticus-Malayensis (Malaya Green Peafowl), dan Pavo Muticus-Imperator (Indochina Green Peafowl) dari ketiga sub species tersebut merak Jawalah yang paling berkilau warna hijau bulunya. 2 sub species muticus lainya berwarna lebih kusam dan hijau kecoklatan dengan ring hitam tebal disisi luar helai bulunya.
Ada perbedaan antara jantan dan betina. secara umum dapat dilihat dari bulu ekornya. bulu ekor pejantan lebih panjang dan indah yang dapat dikembangkan untuk menarik perhatian merak betina.
Spesies Merak;
Pavo Muticus, Merak Jawa atau terkenal dengan sebutan Merak Hijau
Pavo Cristatus, Merak India atau terkenal dengan sebutan Merak Biru
Afropavo Congensis, Merak Kongo
Pavo Muticus terbagi dalam 3 sub species yang menandakan persebaran hidupnya dan sedikit perbedaan kilauan warna bulunya: Pavo Muticus-Muticus (Java Green Peafowl), Pavo Muticus-Malayensis (Malaya Green Peafowl), dan Pavo Muticus-Imperator (Indochina Green Peafowl) dari ketiga sub species tersebut merak Jawalah yang paling berkilau warna hijau bulunya. 2 sub species muticus lainya berwarna lebih kusam dan hijau kecoklatan dengan ring hitam tebal disisi luar helai bulunya.
Rabu, 21 Oktober 2009
Merak Jawaku
Minggu, 03 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)